Wednesday, February 13, 2013

Microsoft Office on the IPad

Saya menilai diri sendiri tidak gaptek banget. Setidaknya, saya suka mencoba gadget dan aplikasi baru. Namun selama ini masih sedikit senewen ketika New Ipad saya hanya bisa membuka dan membaca office documents. Itupun pastinya setelah download aplikasi gratis Document Reader. Jadinya selama ini, Ipad lebih banyak berisi files yang perlu saya baca, dan tentunya games kesukaan anak-anak. Paling tidak, gadget ini sudah menghasilkan beberapa lagu yang dibuat Ganta dengan aplikasi berbayar Garage Band. 

Saya membeli New Ipad warna hitam ini di Apple store di Hong Kong. Mumpung lebih murah daripada di Melbourne. Pegang IPad sekitar 1 bulan, eh kok ya baru tahu bahwa Microsoft office ternyata ada di AppStore. Tidak hanya sekedar aplikasi untuk reader saja. Lebih dari itu, ternyata sudah ada aplikasi untuk create dan edit dokumen. Ini termasuk Microsoft word, excel, dan Power Point. Hebatnya lagi, GRATIS ...TIS. 

Apa Steve Jobs meninggalkan warisannya dalam bentuk perjanjian dengan Bill Gates ya? Yang jelas, saya seperti nemu harta karun pagi ini. Kalau Anda punya IPad, download saja CloudOn di AppStore. Aplikasi ini yang memungkinkan kita create, edit, dan pastinya baca office documents. Lalu file-nya ditaruh di mana? Saat CloudOn sudah installed dan dibuka, Anda akan ditanya apakah punya account di Dropbox atau aplikasi sejenis. Kalau belum, ya sign up dulu. Kebetulan saya sudah punya Dropbox. Saya tinggal sign in di Dropbox dan membuka salah satu file. Wuss...terbukalah file Interview transcript dengan tampilan persis seperti saat kita menghadap layar MS Word. Saya utak atik, edit, nulis sembarang. Wah asiknya seperti pegang mainan baru. Waktu mau saya save, kok tidak ada icon Save ya. Eh, ternyata file yang diedit otomatis akan tersimpan di Dropbox juga. 

Saya coba-coba lagi. Sekarang saya mau buat file baru. Kembali pencet icon CloudOn, di situ ada beberapa icon. Asal pencet aja, toh langsung terbaca fungsi iconnya. Saya pencet yang untuk create a new file. Mencoba membuat file baru. Mulai MS word, PPt, dan Excel saya jajal. Baik PPt maupun Excel memberikan tampilan yang sama persis dengan saat dindepan laptop. Semua file baru otomatis akan tersimpan di Dropbox juga. 

Ah, utak-atik file semakin mudah. Nulis atau mengerjakan tugas di manapun tidak lagi ada alasan tidak ada laptop atau komputer. Tinggal taruh file di DropBox, maka ruang kerja bisa di mana-mana.

Got an Ipad? Have CloudOn installed, and you're always on the go.

Tuesday, February 12, 2013

MOGOK MENGAJAR DI AUSTRALIA


Ternyata guru mogok mengajar tidak hanya terjadi di Perancis, seperti cerita pak Rachmat Hidayat yang beredar di milis Ganesa. Di Australia, selama saya tinggal di Melbourne sejak September 2011 , Stopwork action bahkan sudah berkali-kali dilakukan. Waktu Ganta, anak saya yang pertama, masih di Year 10, beberapa kali sekolah diliburkan karena guru-gurunya ikut demo. Isu yang sedang diperjuangkan ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Bedanya, dulu Ganta saja yang libur, karena Adzra masih di Kindergarten, dan tidak terpengaruh. Sekarang, karena Adzra sudah di Prep Year, akhirnya juga ikut libur. Stopwork action pertama yang dilakukan di awal tahun ajaran 2013 ini direncanakan dilakukan pada hari Kamis, 14 Februari 2013 mendatang.
Informasi tentang Industrial action, terutama di negara bagian Victoria ini, saya peroleh lebih detil di Moreland Primary School Newsletter dan juga school portal Brunswick Secondary College. Isunya adalah gaji yang dikaitkan dengan jam kerja per minggu. Para guru menganggap bahwa selama ini mereka bekerja lebih dari 38 jam/minggu yang digaji oleh pemerintah. Tenaga dan perhatian ekstra itu berbentuk persiapan lesson plan, memeriksa tugas siswa, mengawasi kegiatan ekstra kurikuler di sekolah, dan pertemuan dengan orang tua/wali murid.
Setelah negosiasi selama berbulan-bulan, the Australian Education Union (AEU), di mana  guru-guru Moreland Primary School dan Brunswick Secondary College juga menjadi anggotanya, akhirnya memutuskan untuk melakukan Stopwork action dan larangan (ban) untuk bekerja di luar jumlah jam kerja yang dibayar. Menariknya, pemerintah Australia justru mengajukan aksi para guru ini ke Pengadilan Federal. Tuntutan para guru ternyata dijawab oleh pemerintah di bawah premier (gubernur) Ted Baillieu dengan anggapan bahwa para guru tidak perlu bekerja melebihi 38 jam/minggu.
Apa dampaknya bagi siswa? Melalui newsletter dan juga pertemuan dengan orang tua, pihak Moreland Primary School setidaknya memastikan bahwa mereka akan tetap bekerja sepenuh hati dalam persiapan proses belajar mengajar di luar jam mengajar. Namun kegiatan yang melibatkan siswa atau orang-tua akan dihapuskan/ditunda sampai ada penyelesaian masalah ini. Itu artinya, untuk sementara tidak ada lagi Twilight Sports program, di mana anak-anak latihan olahraga, School Camp yang biasanya diadakan pada saat musim gugur akan ditunda sampai ada kejelasan, dan Parent Teacher conferences juga hanya akan dilakukan dalam jam-jam sekolah. Dulu, acara ‘ambil rapot’ dan bertemu dengan masing-masing guru bisa dilakukan sampai lewat jam sekolah, bergantung appointment yang dilakukan orang-tua.
Dampak lain, yang tidak saya sukai adalah, deskripsi nilai rapot. Kalau dulu ada angka dan deskripsi detil untuk masing-masing mata pelajaran. Lha kok di rapot Ganta terakhir hanya bertengger range kemampuan siswa, Medium, expected level, atau beyond. 
Bagaimanapun, yang rugi sebenarnya adalah siswa, dan tentunya orang-tua. Kalau anak-anak harus libur misalnya, orang-tua yang bekerja harus cari cara bagaimana anak-anak tetap aman di rumah atau dititipkan secara casual di child care, terutama untuk anak-anak yang masih kecil. Sebagian besar anak juga merasa kehilangan kegiatan ekskul yang selama ini mereka nikmati. Itulah sebabnya, pihak sekolah juga memohon keterlibatan orang-tua untuk ‘memaksa’ pemerintah merevisi kebijakannya. Caranya adalah dengan ikut mengirimkan surat kepada pemerintah, dan menjelaskan bagaimana dampaknya terhadap anak-anak kita. Yang tahu persis bagaimana perubahan perilaku anak di rumah ketika kegiatan ekskul favorit dihapuskan adalah para orang-tua.
Asosiasi guru Australia memang punya gigi. Mereka tidak takut berhadapan dengan pemerintah yang selama ini membayar gaji mereka. Perlawanan ini bahkan muncul juga di iklan non-komersial di TV.  Ada adegan Kepala Sekolah yang sedang berbicara di telpon. Nampaknya dengan pihak pemerintah. Ibu Kasek menjelaskan bagaimana resahnya para guru dan orang-tua. Di luar, ada sepasang orang-tua berwajah risau. Mereka mengetuk pintu, ingin bertemu dengan Kasek. Iklan ditutup dengan dengan pernyataan Kasek di telpon, “that’s no way to treat teachers.”
Di mata para guru negara bagian Victoria, Ted Baillieu sudah melanggar janjinya. Menjadikan para guru Victoria bergaji tertinggi di seluruh Australia.  Seluruh sekolah tingkat SD dan SMP-SMA di Victoria akan diliburkan. Semua guru akan bergabung di rally sepanjang kota Melbourne dan beberapa titik lain. Pada Valentine’s Day esok, rally besar-besaran akan kembali digelar. Website AEU sudah dihiasi dengan slogan untuk rally:  SHOW US SOME HEART. NO LOVE FOR TED THIS VALENTINE’S DAY.
Saya yang harus putar otak, bagaimana Ganta bisa menjaga adiknya di rumah seharian dengan nyaman dan tenang. Lha saya sudah kadung pasang jadwal ikutworkshop di kampus. Hari Kamis esok adalah hari pertama saya nyemplung di kegiatan kampus, ndilalah kok ya ketiban dampak demo-nya guru!

Monday, February 04, 2013

KEMBALI KE RUTINITAS

Selamat pagi teman-teman, semoga sehat semuanya dan tetap produktif di dunia masing-masing ya. Saya sudah kembali ke rutinitas. Kembali ke Melbourne, artinya kembali melakoni peran ganda, mahasiswa PhD dan ibu. Kembali jauh dari suami di Surabaya. Yang lama ya kembali masak, bersih-bersih rumah, dan laundry. Yang baru, Adzra dan Ganta sudah mulai masuk sekolah. Ganta sudah masuk sejak hari Kamis kemarin dan memulai Year 11-nya. Sementara itu, Adzra sudah jadi 'a big girl' di Prep Year-Moreland Primary School. Hari Jum'at, 1 Februari kemarin adalah hari pertamanya.

Menyenangkan menikmati hari-hari pertama anak-anak bersekolah. Adzra excited dengan seragam barunya, baju terusan kotak-kotak biru putih, dipadukan dengan legging hitam dan kaos lengan panjang putih, plus jilbab biru muda. Seragamnya sih sebenarnya cuma yang kotak-kotak, yang lain terserah, asalkan matching. 

                                                   Adzra dan Aelifya, sahabatnya sejak di Kindergarten


Pas hari pertama Jumat kemarin, saya dan ortu lain ikut menunggui selama 10 menit. Anak-anak duduk di karpet, mendengarkan guru-gurunya, dan ortu berdiri di sekelilingnya. Saya berdiri agak di belakang, sengaja sedikit menjauh dari Adzra, yang memang sudah mandiri sejak di Play Group di Surabaya dulu. Gurunya, Kerry, membuka kelas dengan sapaan, dan meminta anak-anak mendengarkan nada di piano yang dimainkan guru lain, Ben. 

"Does anybody know what song Ben is playing?"

Anak-anak menyimak intro-nya, dan tiba-tiba terdengar salah satu anak berteriak, "Wheels on the bus."

Weleh, ternyata suara nyaring itu berasal dari anak berjilbab biru muda. Adzra. Saya tertawa geli. Lagu itu sudah lanyah dia nyanyikan dari salah satu Ipad application. Pantesan dia hafal musiknya. Serentak anak-anak berdiri dan bernyanyi bersama. 

Sampai hari ketiga tadi pagi, alhamdulillah Adzra selalu ceria dan banyak cerita setiap kali saya tanya, "how was school today?" Jawabannya selalu "good" dan diikuti dengan detil cerita, campuran bhs Inggris dan Indonesia. Tadi sengaja saya lepas sendiri masuk kelas, tapi kemudian saya tengok apakah sudah bisa menaruh tasnya di locker-nya sendiri. Ternyata semua lancar. 

Tadi malam, pas main Ipad dengan Ganta, Adzra mengajari masnya tentang sharing. "Gini lho, habis aku, terus mas, terus my turn, terus mas lagi." Ternyata siang kemarin anak-anak Prep sudah mulai pegang Ipad di sekolah. Adzra share dengan Ken, anak Indonesia juga. Ganta saya ingatkan, "tuh, adike sedang menerapkan budi pekerti. Ayo kamu ikuti saran adike."

Ganta sendiri juga enjoy dengan subject yang dia ambil. Mulai year 11, dia sudah ambil VCE sebanyak 6 subjects yang dia minati. ESL adalah wajib, dan isinya kebanyakan ya bau sastra pop. 5 lainnya pilihan, dan Ganta memilih Music, Media, Psychology, IT, dan Biology. Senang mendengar cerita dia menikmati kelas Media. Ndilalah sama dengan yang saya tekuni sekarang. Membahas image representation, kelasnya diminta menggambarkan happiness menurut persepsi masing-masing, dan diminta menjelaskan mengapa tiap orang punya cara berbeda dalam mengartikan happiness. Ganta misalnya, menggambar anak kecil yang memegang lollipop. Mereka juga belajar memaknai colour berdasarkan konotasi individu maupun kultural. Kata Ganta, "nek sekolah nang Indonesia ngene lak enak yo."

Saya sendiri belum penuh kembali ke tugas utama saya. Sedikit-sedikit curi waktu me-time seperti sekarang, sambil menunggu jam menjemput Adzra jam 1 nanti. Seminggu ini Adzra memang masih masuk setengah hari, jadi saya juga belum nongol ke kampus. Kerja dari rumah saja dulu, disambil masak soto ayam hari ini. 

Memang sudah banyak tugas menanti, tapi masih bisa diatur. Yang penting supervisor sudah saya lapori perkembangan tesis saya. Annual progress report juga baru saja saya submit secara online di sistem kampus. Untuk sementara, anak-anak menjadi prioritas, agar adaptasi di sekolah berjalan lancar. Semoga minggu depan sudah mulai pindah persneling dan injak pedal gas.